MAKASSAR, SULSEL — Kedamaian yang seharusnya menjadi hak setiap warga, kini tercabik-cabik oleh ulah segelintir oknum. Kali ini, sorot lampu kembali tertuju pada konflik tak berkesudahan antara kelompok pemuda Layang vs Lembo dan Layang vs sapiria, atau Layang vs Tinumbu 148, sebuah tawuran yang bukan lagi sekadar adu fisik, namun telah menelan korban yang tak bersalah dan menimbulkan kerugian tak terkira.
Peristiwa pilu ini bukan hanya mengulang sejarah kelam, melainkan menorehkan luka yang lebih dalam. Eskalasi konflik ini mencapai titik yang tidak masuk akal, bukan hanya saling serang, namun amarah yang membabi buta telah menyebabkan Lima RUMAH warga yang sama sekali tidak terlibat, ludes dilalap si jago merah.
Bayangkan, dalam sekejap mata, harta benda, kenangan, dan seluruh hidup mereka hangus menjadi abu, hanya karena ulah segelintir orang yang memperturutkan emosi sesaat. Ini bukan lagi tentang rivalitas, ini adalah kriminalitas yang merugikan masyarakat luas!
Ironisnya, di tengah kobaran api dan riuhnya pertikaian, pihak yang seharusnya menjadi garda terdepan penegak hukum dan pelindung masyarakat, justru terkesan tak berdaya. Informasi yang kami terima menyebutkan bahwa Polsek Tallo tak bisa berbuat banyak karena tawuran masih berlangsung, sementara mobil Damkar Kota Makassar pun kesulitan melakukan pemadaman akibat situasi yang tak kondusif dan kedua kubu masih berlanjut, ini bukan hanya tentang api yang melahap rumah, tetapi juga tentang kepercayaan warga yang mulai luntur terhadap kapasitas aparat keamanan.
Kekecewaan dan kemarahan warga tak terbendung. Pertanyaan besar menggantung di udara: “Sampai kapan tawuran ini akan berakhir kalau tidak ada solusi? apakah para pelaku tawuran ini dilihat begitu saja melakukan perbuatannya?”
Sebuah Pemandangan yang Mengkhawatirkan
Kita sering membaca atau mendengar kabar tentang bentrokan yang melibatkan kelompok-kelompok pemuda ini. Konflik antara “Layang VS Lembo” atau “Layang VS Sapiria” telah menjadi tajuk berita yang berulang, menimbulkan ketidaknyamanan, ketakutan, dan yang paling memilukan, konsekuensi yang tragis. Setiap kali kejadian seperti ini terjadi, bukan hanya kerugian material yang timbul, tetapi juga hilangnya nyawa muda yang seharusnya memiliki masa depan cerah, serta luka psikologis yang mendalam bagi mereka yang terlibat dan masyarakat di sekitarnya.
Akar masalah bentrokan antar kelompok pemuda ini sangat kompleks dan berlapis. Seringkali, kekerasan ini dihilangkan pada:
1) Pencarian Identitas dan Pengakuan: pada usia rentan, pemuda mencari tempat untuk merasa dimiliki dan diakui. Sayangnya, sebagian besar, “geng” atau kelompok menjadi pengganti keluarga, di mana kesetiaan ditunjukkan melalui agresi.
2) Kurangnya kesempatan: skses terbatas terhadap pendidikan berkualitas, pekerjaan, atau kegiatan positif dapat menimbulkan rasa frustrasi dan keputusasaan, yang kemudian menyalur ke bentuk-bentuk perilaku destruktif, pengaruh lingkungan dan tekanan sebaya: lingkungan yang penuh kekerasan atau tekanan dari teman sebaya dapat menarik individu ke dalam lingkaran konflik.
3) Permasalahan Sosial Ekonomi: Kesenjangan ekonomi dan sosial seringkali mengurangi ketegangan antar wilayah atau kelompok. Provokasi dan Media Sosial: Di era digital, provokasi kecil bisa dengan cepat membesar dan menyebar, memicu konflik antar kelompok dengan kecepatan yang mempengaruhinya.
Dampak yang Meluas, dan Mendalam
Dampak dari bentrokan ini jauh melampaui pelaku atau korban langsung. Seluruh komunitas merasakan getarannya:
Ketakutan Kolektif: Warga hidup dalam kekhawatiran, terutama orang tua yang cemas akan keselamatan anak-anak mereka.
Gangguan Kehidupan Sehari-hari: Aktivitas ekonomi terhambat, bahkan pendidikan anak-anak bisa terganggu karena rasa tidak aman.
Trauma jangka panjang: saksi mata, keluarga korban, dan bahkan mereka yang terlibat, bisa menderita trauma psikologis yang membutuhkan waktu lama untuk pulih.
Kerusakan citra kota: lingkungan yang sering dilanda konflik kehilangan daya tariknya, baik untuk investasi maupun pariwisata.
Kita tidak bisa hanya menjadi penonton dalam drama kekerasan yang terus berulang ini. Diperlukan upaya kolektif dan multi-sektoral untuk mengakhiri lingkaran setan ini:
1) Peran Keluarga dan Pendidikan: Pondasi utama ada pada keluarga. Pendidikan karakter, nilai-nilai moral, dan pengawasan orang tua sangat krusial. Sekolah harus menjadi tempat yang aman dan inklusif.
3) Pemerintah dan Penegak Hukum: Tidak hanya penindakan, tetapi juga program pencegahan yang efektif. Pembinaan remaja, penyediaan ruang publik yang aman, dan program rehabilitasi bagi mereka yang sudah terlibat.
3) Tokoh Masyarakat dan Pemuka Agama: Memainkan peran sebagai mediator, membawa pesan perdamaian, dan membimbing generasi muda ke arah yang positif.
4) Pemberdayaan Pemuda: Menyediakan lebih banyak kegiatan positif seperti olahraga, seni, pelatihan keterampilan kerja, dan program kewirausahaan. Salurkan energi pemuda untuk hal-hal produktif.
Dialog antar kelompok: mendorong komunikasi dan pemahaman antar kelompok yang berkonflik, mencari titik temu daripada memperbesar perbedaan.
Seorang warga yang sempat menyaksikan langsung insiden memilukan ini menyuarakan kejengkelannya dengan tegas: “Kalau aparat kepolisian Polsek Tallo Polrestabes Makassar tidak mampu mengatasi, maka dia lebih baik meminta bantuan ke aparat TNI, jangan tinggal diam saja, jangan sampai banyak korban berjatuhan akibat perang kelompok ini!”
Seruan ini bukan sekadar keluhan, melainkan sebuah alarm bahaya. Ini adalah desakan dari masyarakat yang mendambakan keamanan, ketenangan, dan keadilan. Sudah saatnya semua pihak, mulai dari kepolisian, pemerintah daerah, tokoh masyarakat, hingga orang tua, duduk bersama mencari solusi konkret dan berkelanjutan.
Bukan hanya meredam keributan saat ini, tetapi juga memutus mata rantai permusuhan yang telah lama membelenggu Layang dan Lembo. Lingkungan yang aman adalah hak warga, dan tanggung jawab kita semua untuk mewujudkannya. Jangan biarkan tragedi serupa terulang, jangan biarkan api amarah terus membakar kedamaian dan masa depan.
Apa pendapat Anda tentang situasi ini? Bagaimana seharusnya aparat bertindak dan apa solusi jangka panjang untuk mengakhiri tawuran Layang-Lembo dan Layang vs sapiria bersama Tinumbu 148 ??